Saudara PSHT Teratai

Saudara PSHT Teratai
Logo PSHT

Jumat, 23 Oktober 2015

Game pencak silat karya anak bangsa

Halo gan kali ini gue share game PENCAK SILAT lumayan Keren Bisa untuk nambah nambah koleksi Game ringan,
Game ini tidak ter lalu besar 1,93 mb Buatan Jnata Arm..
Sory Ga ada SS-nya... (MAKLUM MAIN D WARNET GA PUNYA PC SENDIRI)

Link Download :Klik Disini

Rabu, 21 Oktober 2015

SEJARAH 10 PERGURUAN HISTORIS IPSI


Pasca penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia (dulu masih bernama RIS-Republik Indonesia Serikat) tanggal 27 Desember 1949, pusat Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogykarta kembali ke Jakarta. Sebelumnya, selama empat tahun Yogyakarta pernah menjadi ibukota Republik Indonesia, yaitu resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, dan kantor-kantor atau instansi milik pemerintah.
Demikan pula pada tahun 1950 Pengurus Besar IPSI secara de facto juga berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, sekalipun tidak semua anggota pengurus-pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta. Waktu itu IPSI baru 2 tahun berdiri, yaitu sejak didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, oleh Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia, yang menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua PB.IPSI. Saat IPSI berdiri, Republik Indonesia sedang dalam masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan memantapkan kedaulatan Republik Indonesia, yang harus ditempuh melalui perjuangan baik secara fisik maupun diplomasi. Kondisi ini juga mengakibatkan IPSI yang masih berusia muda harus mengkonsentrasikan pengabdiannya kepada perjuangan kemerdekaan, sehingga kondisi manajerial dan operasional IPSI kala itu mau tidak mau mengalami penyusutan.
Di sisi lain, Pemerintah Pusat RI kala juga sedang menghadapi pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di beberapa daerah, termasuk di Jawa dan Lampung. Untuk menambah kekuatan dalam melawan DI/TII tersebut, Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih, dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia), yang kala itu didirikan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.
Setidaknya dalam kondisi tersebut timbulah dualisme dalam pembinaan dan pengendalian Pencak Silat di Indonesia, yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dengan konsentrasi lebih banyak dalam hal pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII. Selain dua organisasi, IPSI dan PPSI ini, juga terdapat beberapa organisasi lain seperti Bapensi, yang masing-masing berupaya merebut pengaruh sebagai induk pembinaan pencak silat di Indonesia.
Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar pencak silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Hal serupa juga dilakukan oleh PPSI yang setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan pencak silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 juga ikut berperan mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI sebagai induk organisasi pencak silat di Indonesia.
Kala itu induk organisasi olahraga yang ada adalah KOI (Komite Olimpiade Indonesia) diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.Di tahun 1951, PORI melebur kedalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia menghadapi Asian Games IV di Jakarta. Kemudian di tahun 1962 Pemerintah untuk pertama kalinya membentuk Departemen Olahraga (Depora) dan mengangkat Maladi sebagai menteri olahraga. Selanjutnya di tahun 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), yang mana semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.
Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI ikut membentuk Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik, yang kemudian kelak pada 31 Desember 1966 KONI dibentuk dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Maka kala itu IPSI juga ikut memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan KONI sehingga kelak menjadi induk organisasi olahraga di Indonesia.
Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang pada saat itu sudah tua sekali. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.TNI Tjokropranolo (terakhir Letjen TNI) yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sekalipun kelak kemudian pada Kongres IV ini beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB IPSI, namun jalan bagi Brigjen.TNI. Tjokropranolo tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih banyak tugas dan tanggung jawab PB IPSI yang kelak harus dihadapi dengan serius. Disamping itu PB IPSI pun perlu merumuskan jati dirinya secara lebih aktif, disamping merumuskan bagaimana mempertahankan eksistensi dan historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional.
Karena itu kemudian Brigjen.TNI. Tjokropranolo dibantu oleh beberapa Perguruan Pencak Silat yaitu:
* dari Tapak Suci Bapak Haryadi Mawardi, dibantu Bpk. Tanamas;
* dari KPS Nusantara Bp. Moch Hadimulyo dibantu Bp. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo;
* dari Kelatnas Perisai Diri Bp. Arnowo Adji HK;
* dari Phasadja Mataram Bp. KRT Sutardjonegoro;
* dari Perpi Harimurti Bp. Sukowinadi;
* dari Perisai Putih Bp.Maramis, Bp. Runtu, Bp. Sutedjo dan Bp. Himantoro;
* dari Putera Betawi Bp.H. Saali;
* dari Persaudaraan Setia Hati Bp. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bp. Mashadi, Bp. Harsoyo dan Bp.H.M. Zain;
* dari Persaudaraan Setia Hati Terate Bp. Januarno, Bp. Imam Suyitno dan Bp. Laksma Pamudji.
Salah satu tantangan yang cukup berarti saat itu adalah belum berintegrasinya PPSI ke dalam IPSI. Kemudian atas jasa Bapak Tjokropranolo berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer. Sejak itu PPSI setuju berintegrasi dengan IPSI, kemudian Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI. Pada Kongres IV IPSI itulah kelak kemudian, H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI.
Kongres IV IPSI tahun 1973 menetapkan Bp. Tjokropranolo sebagai Ketua PB. IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Mr. Wongsonegoro telah berjasa mengantarkan IPSI dari era perjuangan kemerdekaan menuju era yang baru, era mengisi kemerdekaan. Saat inilah seolah IPSI berdiri kembali dan lebih berkonsentrasi pada pengabdiannya, setelah sebelumnya melalui masa-masa perang fisik dan diplomasi yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bapak Tjokropranolo ini IPSI semakin mantap berdiri dengan tantangan-tantangan yang baru sesuai perkembangan zaman. Pada Kongres IV IPSI itu pun sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung tetap berdirinya IPSI diterima langsung sebagai anggota IPSI Pusat, dan kemudian memantapkan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah, dan mempersatukan masyarakat pencak silat dalam satu induk organisasi. Untuk selajutnya Bapak Tjokropranolo menegaskan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.
Maka selanjutnya yang dimaksud dengan sepuluh perguruan tersebut adalah:

IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA ( I P S I )

Ikatan Pencak Silat Indonesia adalah induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah naungan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia).
Lambang Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Pencak silat merupakan olahraga seni beladiri yang berasal dari bangsa Melayu, termasuk Indonesia. Jumlah perguruan pencak silat sangat banyak, berdasarkan catatan PB IPSI sampai dengan tahun 1993 telah mencapai 840 perguruan pencak silat di Indonesia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.
Upaya untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menggabungkan aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Pada masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya.
Upaya serupa juga diadakan di Yogyakarta. Pada tahun 1943, beberapa pendekar pencak silat, yaitu R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram, Mohamad Djoemali dari Taman Siswa, RM Harimurti dari Krisnamurti, Abdullah dari Pencak Kesehatan, R Soekirman dari Rukun Kasarasaning Badan, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Suwarno dari Setia Hati Terate, R Mangkupujono dari Persatuan Hati dan RM Sunardi Suryodiprojo dari Reti Ati, mendirikan organisasi yang bernama Gapema (Gabungan Pencak Mataram) untuk bersama-sama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta. Gapema ini merupakan sebuah batalyon yang seluruh anggotanya adalah pesilat dan turut berjuang dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah beberapa tahun, tepatnya pada tahun 1947, di Yogyakarta juga berdiri satu organisasi bernama Gapensi (Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia) yang bertujuan mempersatukan aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Gapensi didirikan oleh Mohamad Djoemali dari Taman Siswa bersama beberapa tokoh pencak silat, yaitu RM Soebandiman Dirdjoatmodjo dari Perisai Diri, Ki Widji Hartani dari Prisai Sakti Mataram, R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram dan Widjaja.
Meskipun organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini bercita-cita nasional, keanggotaannya masih berskala lokal. Untuk itu PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), mengadakan sebuah Konperensi Bagian Pentjak di Solo pada tanggal 2 Juni 1948.
Pertemuan tersebut sebelumnya telah diawali dengan rapat pembentukan Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo pada awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr Wongsonegoro, yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Dari hasil rapat ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia) pada bulan Mei 1947 yang diketuai oleh Mr Wongsonegoro. IPSI bernaung di bawah Kementerian Pembangunan dan Pemuda.
Para pendiri IPSI pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta adalah :
  • Mr Wongsonegoro, Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
  • Soeratno Sastroamidjojo, Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
  • Marjoen Soedirohadiprodjo dari Setia Hati Organisasi
  • Dr Sahar dari Silat Sumatera
  • Soeria Atmadja dari Pencak Jawa Barat
  • Soeljohadikoesoemo dari Setia Hati Madiun
  • Rachmad Soeronegoro dari Setia Hati Madiun
  • Moenadji dari Setia Hati Solo
  • Roeslan dari Setia Hati Kediri
  • Roesdi Imam Soedjono dari Setia Hati Kediri
  • S Prodjosoemitro, Ketua PORI Bagian Pencak
  • Mohamad Djoemali dari Yogyakarta
  • Margono dari Setia Hati Yogyakarta
  • Soemali dari Persatuan Olahraga Republik Indonesia
  • Karnandi dari Kementerian Pembangunan dan Pemuda
  • Ali Marsaban dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
Dengan didirikannya organisasi ini diharapkan bahwa pencak silat dapat digerakkan dan disebarluaskan sampai ke berbagai pelosok di tanah air sebagai suatu ekspresi kebudayaan nasional. Masyarakat juga mengharapkan bahwa pencak silat distandarisasi agar dapat diajarkan sebagai pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dan dapat dipertandingkan dalam even-even olahraga nasional.
Sesuai dengan keinginan tersebut, langkah pertama yang diusahakan oleh IPSI adalah terbentuknya suatu sistem pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh perguruan pencak silat yang ada di tanah air. Untuk sementara waktu, diadopsikan sebagai standaard system pelajaran pencak silat dasar yang sudah disusun oleh RM S Prodjosoemitro dan diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah Solo dengan dukungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Balai Kota Surakarta. Hasil dari usaha standarisasi awal pencak silat ini dipertunjukkan oleh kurang lebih 1.000 pesilat anak-anak dalam demonstrasi senam pencak silat massal pada Pembukaan PON I tanggal 8-12 September 1948 di Solo. Sejak PON I tersebut, pencak silat dilombakan sebagai demonstrasi dalam kategori solo dan ganda, baik tangan kosong maupun senjata.
Tidak semua aliran dan perguruan pencak silat sepakat mengenai perlunya organisasi nasional. Ada yang khawatir bahwa dengan penyusunan sistem pencak silat nasional maka persatuan aliran-aliran pencak silat tidak akan terlaksana, bahkan akan terdapat perpecahan karena tiap aliran atau perguruan pencak silat akan mengklaim dirinya yang terbaik. Pada awalnya Gapensi ikut menolak karena anggota panitia IPSI dianggap didominasi oleh anggota perguruan pencak silat Setia Hati. Selain itu, beberapa perguruan pencak silat di daerah Kauman, yang saat ini dikenal dengan nama Tapak Suci, ikut menolak karena Mr Wongsonegoro yang dijadikan Ketua IPSI dikenal sebagai salah seorang tokoh aliran kebatinan. Salah satu anggota Gapensi, yaitu Sukowinadi, kemudian mendirikan organisasi yang bernama Perpi (Persatuan Pencak Indonesia) yang menaungi perguruan pencak silat Benteng Mataram, Mustika, Bayu Manunggal, Bima Sakti dan Trisno Murti. Organisasi baru ini didukung oleh Phasadja Mataram dan Tapak Suci.
Persatuan dan kesatuan jajaran pencak silat di Indonesia masih belum benar-benar terwujud dengan adanya berbagai organisasi pencak silat tersendiri di luar IPSI seperti Gapensi, Perpi, Putra Betawi, dan lainnya. Ditambah lagi pada tahun 1950 ketika terjadi pergolakan pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan oleh kelompok gerakan separatis DI/TII. Panglima Teritorium III, Kolonel RA Kosasih, dibantu oleh Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun, pada bulan Agustus 1957 mendirikan PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) di Bandung yang bertujuan menggalang kekuatan jajaran pencak silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah bagian barat dan DI Yogyakarta. Sesuai dengan wilayah pembinaannya, yang masuk dalam PPSI adalah perguruan pencak silat aliran Pasundan.
Akibat dibentuknya PPSI menimbulkan dualisme pembinaan dan pengendalian pencak silat di Indonesia. Pendekar-pendekar Jawa Barat merasa bahwa kegiatan yang diprakarsai IPSI didominasi Jawa Tengah dan Jawa Timur, tidak mencapai Jawa Barat. Menurut pendekar Jawa Barat tetap diperlukan suatu organisasi khusus untuk mengayomi dan mengembangkan perguruan-perguruan pencak silat yang beraliran Jawa Barat. Pada tahun 1950-an IPSI dan PPSI bersaing berebut pengaruh di dunia persilatan dengan saling banyak mendirikan cabang di seluruh provinsi di Indonesia. PPSI berkembang di daerah Jawa Barat, Lampung dan Jawa Timur bagian timur.
Pada tanggal 21-23 Desember 1950 di Yogyakarta diadakan Kongres IPSI II yang memutuskan untuk mengukuhkan organisasi dan menyusun Pengurus Besar IPSI dimana Mr Wongsonegoro diangkat sebagai Ketua Umum, Sri Paduka Paku Alam sebagai Wakil Ketua Umum dan Rachmad sebagai Penulis I. Gapensi dan Perpi ikut bergabung dengan IPSI. Tokoh-tokoh Gapensi dan Perpi menduduki jabatan penting dalam keorganisasian IPSI. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo kemudian diangkat sebagai Kepala Seksi Pencak di Inspeksi Pendidikan Jasmani yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Jawa Timur.
Pada tahun 1952 dibentuk Lembaga Pencak Silat di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1953 aktivitas pencak silat dipindahkan dari Jawatan Pendidikan Masyarakat ke Jawatan Kebudayaan. Pada tahun tersebut juga diadakan Kongres IPSI III di Bandung. Demonstrasi pencak silat yang bersifat internasional dalam misi kebudayaan Indonesia dilakukan pada tahun 1955 di Praha, Leningrad, Budapest dan Kairo.
Sistem pencak silat nasional yang telah distandarisasi oleh IPSI ternyata belum dapat memenuhi harapan masyarakat, sehingga peralihan pencak silat dari sarana beladiri menjadi sejenis senam jasmani memakan waktu yang cukup lama. Tim ahli teknik IPSI yang terdiri dari pakar-pakar dari berbagai aliran dan perguruan pencak silat mempelajari ratusan kaidah dan gerak kemudian mencoba menyatukan mereka tanpa menghilangkan warna-warni yang khas. Mereka juga harus menyesuaikan sistem pelajaran tradisional pencak silat yang berpatokan kepada jurus (seri atau kumpulan gerakan) dengan prinsip olahraga modern.
Pada tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan untuk menyusun peraturan pertandingan pencak silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga yang dapat dipertandingkan di tingkat nasional. Anggota laborat tersebut terdiri dari Arnowo Adji HKP dari Perisai Diri, Januarno dan Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Mochamad Hadimulyo dibantu Dr Rachmadi Djoko Suwignjo dan Dr Mohamad Djoko Waspodo dari Nusantara.
Selain mengalami kesulitan teknis dalam mengembangkan metode dan sistematika olahraga yang dapat diterima oleh semua pihak, IPSI juga mendapat resistensi dari kalangan pendekar tradisional yang enggan menerima pemikiran-pemikiran baru karena tidak menginginkan reduksi pencak silat hanya kepada satu bentuknya, yaitu olahraga. Mereka khawatir bahwa aspek integral yang lain, khususnya aspek seni dan aspek spiritual, akan diabaikan dan tidak dapat dirasakan lagi sebagai unsur-unsur yang saling terkait dalam satu totalitas sosiokosmik.
Kesulitan juga datang dari luar dunia pencak silat, karena persaingan yang ketat dari beladiri impor. Antara tahun 1960 - 1966, pada waktu terjadi kemerosotan ekonomi dan politik negara yang turut berdampak terhadap IPSI, beladiri karate dari Jepang secara resmi masuk Indonesia dan dengan tangkasnya memasuki kalangan pelajar dan militer. Pada awalnya, karate dan judo dipraktekkan sebagai olahraga dan dipertandingkan di depan umum. Penerimaan yang positif terhadap beladiri asing, memaksa kalangan pencak silat untuk berpikir dan berbuat lebih baik dalam usaha mengembangkan pencak silat olahraga. Kehadiran karate di Indonesia merupakan cambuk yang benar-benar efektif untuk membangunkan kalangan pencak silat dari tidurnya.
Penggeseran konseptual akhirnya terjadi, meskipun beberapa pendekar pencak silat keberatan apabila makna pencak silat sebagai unsur kebudayaan dalam arti luas dipersempit agar aspek olahraga dapat diutamakan. Pada bulan Januari 1961 IPSI dipindahkan dari Jawatan Kebudayaan ke Jawatan Pendidikan Jasmani, kemudian pada tanggal 31 Desember 1967 IPSI turut aktif dalam mendirikan KONI. Jawatan Pendidikan Jasmani menyelenggarakan Seminar Pencak Silat Seluruh Indonesia yang membahas masalah penyusunan cara pertandingan pencak silat nasional. Kemudian dilakukan uji coba pertandingan bebas full body contact di Solo dan Madiun. Pada tahun yang sama berlangsung PON V di Bandung yang juga mempertandingkan pencak silat.
Pada tahun 1970-an muncul kerangka konseptual dimana induk-induk olahraga beladiri dianggap sebagai alat pertahanan nasional. Sebagai akibatnya cabang-cabang ilmu beladiri mulai ditempatkan di bawah pimpinan tokoh-tokoh militer. Pada Kongres IPSI IV tahun 1973 di Jakarta, Ketua Umum PB IPSI Mr Wongsonegoro yang saat itu usianya sudah sangat tua diganti oleh Brigjen TNI Tjokropranolo, Gubernur DKI Jakarta. Pada tanggal 20-24 Nopember 1973 diadakan Seminar Pencak Silat III di Bogor, nama Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia diubah menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Beliau dengan dibantu oleh beberapa perguruan pencak silat melakukan pendekatan kepada pimpinan PPSI yang akhirnya dalam keputusan Kongres IPSI IV ini PPSI bergabung ke dalam IPSI walaupun masih ada beberapa anggotanya yang tetap bertahan. Kebetulan ketiga pimpinan PPSI satu corps dengan beliau di Corps Polisi Militer. Perguruan-perguruan tersebut dianggap telah berhasil mempersatukan kembali seluruh jajaran pencak silat ke dalam organisasi IPSI.
Pada masa kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya, perguruan-perguruan yang ikut aktif dalam memperjuangkan keutuhan IPSI tersebut diberi istilah Perguruan Historis dan dijadikan Anggota Khusus IPSI. Mereka dipandang mempengaruhi sejarah dan perkembangan IPSI serta pencak silat pada umumnya antara tahun 1948 dan 1973 dengan memberikan kontribusi kepada kesatuan pemikiran dalam pembentukan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang diberi nama IPSI, kesatuan tekad untuk mempertahankan IPSI sebagai satu-satunya organisasi nasional pencak silat di Indonesia, kesatuan dukungan untuk menjadikan IPSI sebagai anggota KONI dan kesatuan dukungan untuk memasukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan. Sepuluh Perguruan Historis tersebut adalah :
  • Persaudaraan Setia Hati
  • Persaudaraan Setia Hati Terate
  • Kelatnas Indonesia Perisai Diri
  • PSN Perisai Putih
  • Tapak Suci Putera Muhammadiyah
  • Phasadja Mataram
  • Perpi Harimurti
  • Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI)
  • PPS Putra Betawi
  • KPS Nusantara
Keputusan Kongres IPSI IV ini juga mengesahkan peraturan pertandingan pencak silat untuk dipergunakan dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Pada PON itu cabang pencak silat diikuti oleh 15 daerah dengan 106 atlet putra dan 22 atlet putri. Pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 1975 dilangsungkan Kejuaraan Nasional Pencak Silat I di Semarang yang diikuti oleh 18 provinsi. Pada Munas IPSI tahun 2003, Ketua Umum PB IPSI yang dijabat oleh Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya digantikan oleh Letjen TNI Prabowo Subianto.

Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa)

Dengan kerja keras PB IPSI di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya serta dukungan pemerintah dan Presiden Soeharto sebagai Pembina Utama saat itu, IPSI dengan cepat menyebar luas ke dalam maupun ke luar negeri. Kehadiran IPSI sudah menjadi bagian dari Pemerintah Daerah.
Pada tanggal 7-11 Maret 1980 di Jakarta telah berlangsung pertemuan antar negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura serta peninjau dari Brunei Darussalam untuk pembentukan federasi internasional pencak silat. Musyawarah dilakukan di Anjungan Jawa Barat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Hasil musyawarah ini adalah peresmian berdirinya Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa). Sebagai Ketua Presidium Persilat ditunjuk Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Umum PB IPSI. Dan untuk membantu beliau, sebagai Sekretaris Jenderal ditunjuk Oyong Karmayuda, SH.
Disepakati pula untuk menetapkan keempat negara pendiri sebagai sumber pencak silat, yaitu :
  1. Indonesia : IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
  2. Singapura : Persisi (Persekutuan Silat Singapura)
  3. Malaysia : Pesaka (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia)
  4. Brunei Darussalam : Persib (Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam)
Selain Anggota Pendiri, Persilat memiliki Anggota Berserikat (organisasinya telah diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan) dan Anggota Gabungan (bertaraf perguruan dan belum diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan).
Sampai pertengahan tahun 2006, pencak silat telah menyebar di 28 negara dan telah diwadahi dalam organisasi-organisasi pencak silat sebagai berikut :
  1. Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
  2. Persekutuan Silat Singapura (Persisi)
  3. Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (Pesaka)
  4. Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalan (Persib)
  5. Pencak Silat Association of Thailand (PSAT)
  6. Ikatan Pencak Silat Vietnam (Isavie)
  7. Philippines Pencak Silat Association (Philsilat)
  8. Myanmar Pencak Silat Association (MPSA)
  9. Pencak Silat of Laos (PSL)
  10. Western Australia Pencak Silat Association (WAPSA)
  11. Nederlandse Pencak Silat Bond (NPSB)
  12. Japan Pencak Silat Association (Japsa)
  13. Federation Espanola Pencak Silat (FEPS)
  14. Pencak Silat Verband Oesterreichs (PSVO)
  15. Suriname Pencak Silat Association (SPSA)
  16. Pencak Silat Federation of The United Kingdom (PSFUK)
  17. Pencak Silat Union of Belgium (PSUB)
  18. Pencak Silat Union Deutschland (PSUD)
  19. Association France Pencak Silat (AFPS)
  20. Pencak Silat Switzerland (PSS)
  21. Turkish National Pencak Silat Association (TNPSA)
  22. Persekutuan Kanada Silat (Perkasa)
  23. Palestine Association of Seni Silat (PASS)
  24. Yemen Pencak Silat Federation (YPSF)
  25. Nepal Silat Association (NSA)
  26. Russian Pencak Silat Federation (RPSF)
  27. Indian Pencak Silat Association (IPSA)
  28. Federazione Italiana Pencak Silat (FIPS)
Tahun 1982 pencak silat mulai dipertandingkan pada tingkat internasional dengan Invitasi Pencak Silat Internasional ke-I di Stadion Senayan, Jakarta. Yang ke-II diadakan tahun 1984 di Jakarta dan yang ke-III tahun 1986 di Wina, Austria. Nama ini kemudian diganti menjadi Kejuaraan Dunia dan diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 1987. Berikutnya diadakan tahun 1989 di Den Haag, Belanda. Pada tahun 1992 kembali diadakan di Jakarta dan tahun 1995 diadakan di Thailand. Selain Kejuaraan Dunia, pencak silat juga dipertandingkan pada SEA Games.
Sebagai usaha memasukkan pencak silat ke Asian Games, IPSI dan anggota Persilat lainnya telah membentuk organisasi pencak silat Asia Pasific pada bulan Oktober 1999. Pada Asian Games 2002 di Korea Selatan, pencak silat masuk dalam agenda Sport Cultural Event. Sasaran selanjutnya adalah upaya memasukkan pencak silat resmi menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games mendatang. Dikutip Dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Pencak_Silat_Indonesia 

Yongmoodo Beladiri Berbahaya, Wajib Bagi Prajurit TNI AD

EJARAH SINGKAT SENI BELADIRI YONGMOODO ASAL KOREA
Sejarah Yongmoodo dimulai pada tanggal 15 Oktober 1995 dimana The Martial Reearch Institut dari Yong In University Korea membentuk seni beladiri Yongmoodo yang merupakan gabungan dari beladiri Judo, Taekwondo, Apkido, Ssirum, dan Hon Sin Sul. Akar dari Yongmoodo adalah beladiri Hon Sin Sul yang berarti Beladiri.
Istilah Yongmoodo berasal dari kata Hankido yang dikembangkan di Korea pada tahun 1976. Kemudian namanya berganti menjadi Kukmodo dan berubah menjadi Yongmoodo. Yongmoodo berasal dari 3 suku kata yaitu :
1. YONG berarti naga. Naga di agungkan oleh banyak orang yang dipercaya memiliki kemampuan mistik. Naga juga diyakini mampu terbang mengeluarkan api dari mulutnya, hidup dibawah air atau dibawah tanah, menguasai alam yang dapat menyebabkan terjadinya Tsunami, gempa bumi dan membawa kemakmuran serta keberuntungan bagi yang mempercayainya.
2. MU atau MOO berarti Beladiri yang menunjuk pada pertempuran yang mengacu pada prtempuran dan perkelahian, pertahanan dan strategis, fisik, mental, serta fisikologi.
3. DO berarti cara berlatih dan cara hidup, pandangan hidup yang kosong dan berisi Philosopi serta kemampuan belajar dari alam, hidup dan perkelahian ,melawan alam.
Yongmoodo telah dipromosikan oleh ribuan alumni dari Yong In University dan para Master maupun Grand Master, yang diresmikan pada tanggal 25 April 2002 sehingga terbentuklah Organisasi Federasi Beladiri Yongmoodo dan memperoleh ketenaran tidak hanya di Korea tetapi di seluruh penjuru Dunia dan sudah tersebar di Negara – Negara :
1. Amerika Utara terutama di Amerika Serikat, Kanada dan wilayah yang lain di Benua Amerika.
2. Eropa terutama di Negara Prancis,
3. Di Asia terutama dI Negara Asia Timur seperti Korea Selatan dan Utara, Hongkong, Taiwan, Makao dan sebagian Asia Tenggara.
Pengagasan atau Pendiri Beladiri Yongmoodo antara lain :
1. Kim Byung Chun yang merupakan Presiden Asosiasi Yongmoodo Internaional di Korea.
2. Prof Lee Byeong Ik, Prof Kim Eui Yong dan Prof Kim Chang Woo yang menjabat di Departemen Oriental Martial Art di Yong In University.
3. Prof Kang Min Chu yang menjabat sebagai sekretaris Jendral Asosiasi Yongmoodo Internasional.
Rangking dan warna sabuk yang ada dalam beladiri Yongmoodo adalah :
1. Rangking 10 = Sabuk putih
2. Rangking 9 = Sabuk Kuning
3. Rangking 8 = Sabuk Kuning
4. Rangking 7 = Sabuk Hijau
5. Rangking 6 = Sabuk Hijau
6. Rangking 5 = Sabuk Biru
7. Rangking 4 = Sabuk Biru
8. Rangking 3 = Sabuk Coklat
9. Rangking 2 = Sabuk Coklat
10. Rangking 1 = Sabuk Merah
Setelah Sabuk Merah maka para peserta Beladiri Yongmoodo dapat Dan I atau Sabuk Hitam dengan kemampuan meliputi Teknik Skill Dasar, Menengah, Tingkat mahir serta penggunaan alat.
RESIKO DAN KESELAMATAN DALAM LATIHAN
Seni beladiri Yongmoodo memerlukan latihan yang kekal, harus di latihkan sedemikian untuk memperkecil resiko latihan yang bersifat fatal. Pelatihan seni beladiri Yongmoodo memerlukan persiapan yang cukup lama dan pengenalan tentang tehnik – tehnik dasar.untuk mengefisienkan kemungkinan – kemungkinan kecil terluka yang di alami oleh para pemula maka dari itu perlu adanya pengawasan dan pelatihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut agar resiko dan keselamatan latihan tidak berakibatkan fatal.
Seni beladiri Yongmoodo memerlukan instruksi – instruksi dan praktek langsung dari seorang guru atau Instruktur agar hal – hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Insturktur harus menyiapkan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan kesiapkan dalam pelatihan beladiri yongmoodo seperti, lapangan, alat bantu body tack, matras, sam sak, gansil ( pelindung gigi ), pelindung kepala, pelindung tangan dan kaki, harus memenuhi target standar keselamatan dan juga selama dalam melaksanakan latihan. Latihan tersebut harus dapat dikendalikan, diawasi dan dievaluasi.
Berlatih seni beladiri Yongmoodo dimulai dengan pemanasan supaya badan siap menerima materi – materi latihan. Pemanasan dilakukan terutama pada bagian – bagian persendian, jari – jari tangan maupun kaki. Bagian –bagian terpenting yang harus dilatih tiap hari adalah Psikologi kita. Proses penyegaran dalam latihan juga perlu dilaksanakan meditasi dan pernapasan.
Setiap pelatih atau Instruktur harus memiliki kemampuan untuk mengatasi segala kemungkinan yang akan terjadi di dalam pelaksanaan latihan. Karena dalam mempelajari ilmu seni beladiri Yongmoodo rawan terjadi kecelakaan dalam berlatih. (sumber : http://manado.tribunnews.com)
 
Kehadiran di Indonesia
Satu lagi olahraga jenis beladiri masuk Indonesia. Namanya Yongmoodo yang merupakan seni beladiri asal Korea Selatan. Dan mulai 2012, Yongmoodo siap menyemarakkan keragaman seni beladiri di Indonesia. Sejalan dengan falsafah militer yang menjunjung sportifitas dan patriotisme, beladiri tangan kosong ini telah menjadi seni beladiri wajib di TNI Angkatan Darat sejak 2008.
Dan sejak didirikannya Federasi Yongmoodo Indonesia (FYI), seni beladiri asal Korea ini pun mulai disosialisasikan kepada masyarakat umum di tahun 2012 ini. Sosialisasi berupa roadshow ke sejumlah kota besar di Indonesia. Dalam sosialiasi tersebut, diperagakan sejumlah jurus yang dilakukan oleh atlet Yongmoodo.
"Tidak hanya untuk Angkatan Darat, mulai 2012 kami sosilaisasikan ke seluruh masyarakat Indonesia. Rencana itu tak lepas dari berdirinya FYI," ujar Letjen Danko Diklat yang juga menjabat sebagai ketua FYI, Gatot Bambang Nurmantyo dalam roadshow di Sport Mall, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa, 22 Mei 2012.
”Beladiri Yongmoodo akan dikembangkan ke seluruh Indonesia yang diharapkan dapat mewujudkan sifat maupun watak patriotisme,” tambahnya. Seni beladiri Yongmoodo sendiri mengandalkan ketepatan, kecepatan dan kekuatan dalam duel jarak dekat.
Gatot memaparkan awal perkenalan TNI AD dengan beladiri Yongmoodo dimulai jelang HUT TNI 2008. Berawal dari kebutuhan TNI Angkatan Darat memeriahkan HUT TNI pada 2008 yang digelar di Surabaya, Gatot Bambang Nurmantyo bertolak ke Korea Selatan.
"Dalam perjalanan itulah saya menemukan Yongmoodo. Sebuah jenis beladiri yang merangkum beberapa jenis beladiri lainnya seperti Taekwondo, Karate dan Jujitsu. Sehingga sejak itu, Yongmoodo jadi seni beladiri wajib Angkatan Darat," tutur Gatot.
”Yongmoodo sendiri memiliki tujuan positif melatih keberanian serta patriotisme kepada para prajurit sebagai garda terdepan pengamanan terhadap NKRI. Spesifiknya adalah olahraga gabungan dari beladiri perkelahian jarak dekat,” katanya.
Dan dengan perkembangan pesat Yongmoodo dalam rentang empat tahun, Gatot berharap seni beladiri ini dapat segera masuk sebagai cabang olahraga KONI. Apalagi Yongmoodo Indonesia telah berprestasi menyabet juara kedua Championship di Korea Selatan pada 2011 dengan torehan 2 emas, 1 perak dan 2 perunggu.
"Jika FYI sudah punya 8 Pengurus Daerah yang mau mengembangkan Yongmoodo, kami akan mengajukan FYI sebagai anggota KONI. Sehingga tidak menutup kemungkinan, ke depannya Yongmoodo bisa dilombakan di SEA Games atau ajang olahraga lainnya," ujar Gatot. (sumber : vivanews)
Sebanyak 73 anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 410/Alugoro secara resmi dikukuhkan sebagai anggota yang telah menguasai bela diri militer Yong Modo di jajaran Korem 073/Makutarama. Acara berlangsung di lapangan Markas Komando (Mako) Batalyon 410/Alugoro, Jumat (18/3/2011).
73 anggota Batalyon 410 yang telah lulus itu terdiri atas 68 sabuk hitam dan lima lainnya merupakan pelatih. Penutupan pelatihan dipimpin langsung oleh Komandan Batalyon Letkol Inf Eddy Basuki, dihadiri Kapolres AKBP Nurcholis SIK MSi, asisten II Setda Pudiyatmo SE MM, dan unsur Muspida.
"Yong Modo ini merupakan salah satu bela diri yang harus dikuasai oleh prajurit, karena bisa menambah rasa kepercayaan diri," kata Komandan Batalyon di hadapan anggotanya yang lulus pelatihan bela diri tersebut.
Yong Modo sendiri, jelasnya, merupakan campuran dari beragam bela diri yang berasal dari Korea Selatan. Kini, Yong Modo diadopsi menjadi olah raga resmi militer di jajaran TNI Angkatan Darat (AD).
Komandan Batalyon dalam kesempatan itu meminta agar prajurit yang sudah menguasai bela diri itu, terus menggali dan mengkaji sehingga ke depan bertambah baik.
Sementara pelatih utama Yong Modo Batalyon 410 Letnan Dua (Letda) Prahwoto mengemukakan, bela diri Yong Modo belum boleh tersebar di masyarakat umum, karena sangat berbahaya.
"Tidak setiap orang boleh mempelajari bela diri ini, karena sangat berbahaya. Di Indonesia, saat ini baru terbatas untuk prajurit TNI AD," katanya. Dikatakannya, teknik penting dalam bela diri ini adalah menyerang, banting, dan patahkan.
Karena itu, Prahwoto meminta kepada setiap anggota yang sudah menguasai Yong Modo dengan baik supaya tidak menyalahgunakannya. "Ini untuk menambah rasa percaya diri, membela diri, dan membentengi diri. Jadi jangan disalahgunakan," pesannya.
Dikutip Dari :http://nusantara-fighter.blogspot.co.id/2013/07/yongmoodo-beladiri-berbahaya-wajib-bagi.html

13 Beladiri ter hebat Se DUNIA

Ilmu Beladiri di Seluruh dunia banyak macamnya. Tujuan utama dari semua bela diri tersebut ada dua hal yaitu untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan untuk menyehatkan badan. Berikut ini adalah 13 Beladiri ter hebat Se DUNIA


13. MCMAP (Marine Corps Martial Arts Program) United States Bela Diri Mematikan Di Seluruh DuniaSetiap anggota marine rata-rata harus mengikuti minimal 2 program bela diri per tahun sejak tahun 1775.Pada suatu masa ada 1 program pelatihan bela diri bagi marine dimana program tersebut merupakan gabungan dari beberapa daerah tempat marine pernah ditugaskan.Program tersebutlah yang dinamakan MCMAP.
Pada program modern dari MCMAP ini diajarkan tentang bertarung dengan menggunakan tangan kosong (Prioritas),senjata seadanya (improvised weapons),bayonet, dan bagian dari senapan (popor atau gagang).
Sekarang ketika anda menggunakan teknik MCMAP pada sesorang tiap moves memiliki pilihan untuk menyerang secara fatal (mati) ,hanya melukai untuk menderita secara tersiksa atau bahkan keduanya. 


12. Sambo (Rusia) Rusia mengembangkan seni bela diri dalam bentuk gulat yg brutal.
Namun selama masa komunis Rusia 1917 ikatan bela diri Rusia memutuskan bahwa teknik brutal mematahkan tulang dan merobek sendi tersebut tidaklah cukup bagi orang-orang komunis soviet.
Karena itulah mereka memodifikasi nya menjadi Sambo yg dalam bahasa Rusia berarti “self-defense without weapons”
Awalnya hanya dipelajari oleh Red Army beserta agen pemerintah namun karena tingkat kriminal makin meningkat,sambo juga dipelajari oleh para bodyguard.


11. Capoeira (Brazil)
Capoeira (Brazil)
Kombinasi dari pertarungan dan tarian, Capoeira mungkin adalah bela diri yang paling indah untuk ditonton. Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brazil oleh budak-budak Afrika yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Brazil untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar. Pada zaman dahulu mereka melalukan latihan dengan diiringi oleh alat-alat musik tradisional. Capoeira tidak saja menjadi sebuah kebudayaan, tetapi juga sebuah olahraga nasional Brazil, dan para guru dari negara tersebut membuat capoeira menjadi terus menerus lebih internasional, mengajar di kelompok-kelompok mahasiswa, bermacam-macam fitness center, organisasi-organisasi kecil, dll. Saat ini capoeira dipelajari hampir di seluruh dunia, dari Portugal sampai ke Norwegia, dari Amerika Serikat sampai ke Australia, dariIndonesia sampai ke Jepang.

10. Judo (Jepang)
Judo (Jepang)
Judo ditemukan atau didirikan oleh Kano Jigoro, yang sering diganggu pada masa kecilnya, sekitar 1860 sampai 1870. Dengan mengambil berbagai kemampuan dasar beladiri yang berkembang, Kano menambahkan teknik lemparan untuk menciptakan Judo. Arti kata Judo adalah “jalan lembut” yang berarti kira2 menggunakan kekuatan lawan untuk melawan dirinya sendiri. Karena prinsip inilah, maka Judoka tidak harus lebih kuat daripada lawannya. Fokus utama Judo adalah melempar dan kuncian tanah, daripada memukul atau menyerang.

9. Aikido (Jepang)
Aikido (Jepang)
Aikido diperkenalkan pada awal 1900an, dengan para pengikutnya belajar untuk menggunakan kekuatan dan energi lawan untuk menjatuhkan mereka. Para murid diajarkan untuk tetap menjaga kondisi penyerangnya, dan diajarkan untuk melumpuhkan tanpa melukai. Penggunaan senjata juga sering ditemui dalam aikido, dan para pengikutnya diajari untuk bertahan melawan tongkat, pedang dan bahkan pisau. pendiri Aikido, Morihei Ueshiba, berkata bahwa untuk menjadi pengikut Aikido yang sukses, para murid harus “menerima 99% serangan lawan dan menatap wajah kematian tanpa takut.”



8. Krav Maga (Israel)
Krav Maga (Israel)
Beladiri wajib pengawal presiden Israel, seni bela diri ini tanpa aturan, dan keras. Bela diri ini tidak pernah dilatih untuk olahraga, karena benar2 ditujukan untuk menghancurkan penyerang dengan berfokus pada area vital lawan, misalnya selangkangan dan mata, dan bahkan mengijinkan penggunaan kepala sebagai senjata dan berbagai benda yang ada sebagai senjata. Pendekatan bela diri ini dibagi tiga langkah: Hadapi ancaman, cegah lawan untuk melakukan serangan kedua, dan netralkan lawan.





7. Jujutsu (Jepang)
Jujutsu (Jepang)
Ketika samurai Jepang kehilangan semua senjata, mereka akan beralih ke penggunaan Jujutsu (seni lembut). Jujutsu berkembang dengan berfokus pada lemparan, kuncian dan menggulingkan diri. Tapi tidak seperti bela diri lain, Jujutsu lebih banyak bergerak ke “apa aja boleh”. Secara tradisional, para murid diajarkan berbagai taktik “curang” seperti mencolok mata, menggigit, yang jika digunakan dengna tepat, dapat membunuh lawan. Bela diri ini sangat efektif jika digunakan pada pertempuran jarak pendek.







6. Ninjutsu (Jepang)
Ninjutsu (Jepang)
Beladiri misterius ini biasa digunakan oleh kaum pembunuh dan para pejuang gerilya Jepang. Ninjitsu mengajarkan berbagai cara untuk mengejutkan lawan dan mengalahkan lawan, dengan arah perkembangan untuk membunuh. Selain kaki, tangan, berbagai senjata diajarkan juga, termasuk teknik menyelinap dan melarikan diri secara efektif.



5. Tae-kwondo (Korea)

Tae-kwondo (Korea)
Te-kwondo memiliki arti “jalan kepalan dan kaki”, beladiri ini berkembang pesat pada setelah era PD II, ketika Jepang mengakhiri pendudukan atas Korea. Bela diri ini terkenal atas tendangannya yang mencengangkan, dan menggabungkan antara kemampuan fisik dan kekuatan mental. Pemengang sabuk hitam beladiri ini mencapai 3 juta orang di seluruh dunia.














4. Kung fu (Cina)
Kung fu (Cina)
Bela diri cari Cina ini berarti secara harfiah: Kesuksesan yang diraih dengan jalan yang berat dan panjang, dan merupakaan beladiri paling tua di dunia. Semenjak diperkenalkan oleh Kaisar Huangti, 2,698 sebelum Masehi, telah berkembang puluhan ribu aliran Kungfu. Secara tradisional, beladiri ini diajarkan oleh para biksu Shaolin, dengan penekanan utama pada moralitas dan filosofi, dimana nilai kerendahan hati, kepercayaan, dan kesabaran, serta penghormatan di tekankan.


3.Karate (Jepang)
Karate (Jepang)
Diturunkan dari kata yang berarti “tangan kosong”, Karate diperkenalkan sebagai beladiri tanpa senjata. Berbagai teknik Karate diperkirakan berawal dari tahun 1300-an, walaupun penulis “10 Precepts of Karate”, Anko Itosu, bapak karate modern, menuliskan buku tersebut pada 1908. “Karate adalah teknik yang mengubah tangan dan kaki menjadi tombak” demikian tulis Anko. Pada buku tulisan Anko, karate dapat dipakai sebagai cara mengindari perkelahian jika dihadang penjahat.


2. Brazilian Jiu-jitsu (Brazil)
Brazilian Jiu-jitsu (Brazil)
Walaupun didirikan di Brazil, pendiri bela diri ini adalah Mitsuyo Maeda, seorang petarung dari Jepang, yang memenangkan lebih dari 2000 pertandingan dan dianggap sebagai manusia paling tangguh. Maeda bertemu dengan keluarga Gracie di Jepang pada 1914, dan semenjak saat itu juga keluarga Gracie dianggap sebagai keluarga pertama beladiri ini. Penekanan pada lemparan dan groundwork menjadikan olahraga ini populer di kalangan pengguna olahraga campuran


1. Muay Thai (Thailand)
Muay Thai (Thailand)
Muay Thay susah sekali diperkirakan kapan tepatnya lahir, tapi berbagai elemen dari beladiri ini dapat ditemui di beladiri Jepang dan India. Popularitas beladiri ini mulai muncul pada 1800an. Secara tradisi, bela diri ini sangat terstruktur, dengan berbagai ritual yang menunjukkan penghormatan kepada lawan. Sekarang beladiri ini lebih berfokus sebagai penggunaan badan sebagai senjata, kepalan, tulang kering, siku, lutut, dan berbagai hal lain untuk mengalahkan lawan. Inilah yang membuat bela diri ini berharga, karena semua bagian tubuh dapat digunakan sebagai senjata.

NB:


14.Pencak Silat (Indonesia)
Pencak Silat (Indonesia)
Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri yang berasal dari Asia Tenggara. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu nusantara. Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan.diambil dari wikipedia
"Walau pun Pencak silat termasuk beladiri yg tergolong kurang populer namun di balik itu, pencak silat memiliki ilmu ke Batinan yg tinggi.Oleh karna itu kita SEBAGAI PENDEKAR PENCAK SILAT HARUS BANGGA  denggan Kemampuan Kita .."
Read more: http://www.artikelbagus.com/2011/09/inilah-13-seni-bela-diri-yang-paling-mematikan-di-seluruh-dunia.html#ixzz3pGqWSW3v

Kamis, 26 Maret 2015

Sejarah Silek Harimau

Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dariPauah, KotaPadang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong) dari Limau Kapeh[2], KabupatenPesisir Selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dariLintau[7]. Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini beliau peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok[8]. DaerahKoto Anau,BayangdanBanda Sapuluahdi Kabupaten Pesisir Selatan,Pauahdi Kota Padang atauLintaupada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. DaerahSolokmisalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.Jika dirujuk dari buku berjudulFilsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat MinangkabaukaranganMid Djamal(1986), maka dapat diketahui bahwapara pendiridari Silek (Silat) di Minangkabau adalah
*.Datuak Suri Dirajodiperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi didaerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatera Barat.
*.Kambiang Utan (diperkirakan berasal dariKamboja),
*.Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerahChampa),
*.Kuciang Siam (diperkirakan datang dariSiamatauThailand) dan
*.Anjiang Mualim (diperkirakan datang dariPersia)
Di masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yangempat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri[9]. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam darimana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara spesifik. Perlu dilakukan kajian secara cermat dalam menelusuri hubungan sejarah antara masyarakat Minangkabau dengan Persia, Champa, Kamboja dan Thailand. Kajian genetik bisa juga dilakukan untuk melihat silsilah dari masyarakat Minangkabau itu sendiri. Kajian ini boleh jadi akanrumit dan memakan banyak sumber daya.Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwalangkah silatdi Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun dibalik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasanyang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silekmenjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatahjiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam(jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)

ke SH-an PsHt

Ke -SH-an.
A. Filosofi
pemakaian sabuk PSHT disebelah perut kiriSudah menjadi suatu hal yang lumrah jika sesuatu dalam tubuh manusia, (jawa, indonesia=islam) bahwa kanan adalah yang lebih utama dalam melakukan hal apapun dari pada bagian tubuh sebelah kiri (dinomor 1 kan).Sabuk silat dalam PSHT sendiri melambangkan kegagahan dan kemegahan dalam pencak silat yang menunjukkan tingkatan ilmu beladiri yang telah di kuasai dan didalami oleh seorang anggota PSHT tersebut, jadi makna pemakaian sabuk PSHT ditubuh sebelahkiri itu ialah bahwa orang Terate itu dituntut agar dalam kehidupan sehari-hari, baik di kala sedang mengalami permasalahan maupun pergaulan dalam masyarakat di harapkan selalu mendahulukan kesabaran, fikiran jernih dan perdamaian (kanan nomor satu/dahulu) dari pada menggunakan keahlian dan kebisaan berupa ilmu beladiri, walaupun orang PSHT mahir dalam beladiri, namun beladiri itu sendiri harus digunakan sebagai pilihan terakhir sehingga kita tidak di perkenankan untuk bertindak gegabah, main jotos/main tangan, sebentar-sebentar berkelahi dan tidak menunjukkan pengetahuan silat PSHT di sembarang keadaan.
B. Filosofi makna ayam jago/jantan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate
Ayam jago merupakan simbol suatu petarung yang sejati, tidak pernah mundur dalam setiap pertempuran, berani melawan musuh walaupun hanya seorang diri dan sekali bertarung tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.Maknanya ialah bahwa orang/warga PSHT harus menjadi manusia yang kesatria, gagah berani melawan kebatilan, dan kalau memang dalam keadaan benar dan jika terpaksa harus membela diri dan terpaksa harus bertarung, maka orang PSHT dengan jiwa kesatria harus bertempur tanpa mundur sampai titik darah penghabisan (ngeluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake). Orang PSHT pantang main keroyokan dan pantang mundur dalam pertarungan,(jiwa kesatria adalah harga mati).
C. Filosofi Tingkatan Sabuk dalam Persudaraan Setia Hati Terate
1) Sabuk polos/hitamSabuk polos atau hitam, secara mendasar mengandung arti bahwa siswa yang berada di tingkat polos adalah siswa yang masih buta atau tidak mengetahui dengan baik organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Ibarat sebuah besi yang baru akan dibakar sebelum ditempa mejadi sebuah pedang, Warna hitam menunjukkan warna dasar dari pakaian SH Terate sehingga warna sabuk polos dapat berarti juga siswa polos adalah siswa yg baru belajar dan baru mengenal Persaudaraan Setia Hati Terate dan tidak boleh ditunjukan kepada orang lain.
2) Sabuk jambon/ merah mudaSabuk jambon atau merah muda, secara mendasar mengandung maksud bahwa siswa jambon adalah siswa yg mulai mengenal SH Terate dan mengenal arah yg benar. Ibarat besi yang sudah terbakar me merah menunggu untuk ditempa, sebagai penentuan untuk menjadi apa besi tersebut, sehingga siswa jambon merupakan penentuan apakah dengan ilmu yang baru sampai jambon tersebut dia masih akan tetap ikut dan melanjutkan belajar di psht atau memilih merasa puas dan keluar dari latihan, Warna jambon atau merah muda mengandung arti warna keragu-raguan/labil, jadi sifat labil selalu ada di siswa tingkatan jambon. Dalam berbagai sumber, jambon juga mengandung maksud adalah sifat matahari yg terbit atau sifat matahari yg terbenam, yaitu sifat yg mulai mengarah ke suatu kepastian tetapi masih dalam taraf mengantung dan belum tetap wataknya.
3) Sabuk ijo/hijauSabuk hijau mengandung maksud bahwa siswa hijau adalah siswa yg sudah mantap/tenang hatinya. Warna hijau mengandung arti warna keadilan dan keteguhan dalam menjalani sesuatu. Ibarat besiyang telah ditempa dan proses pembentukan jati diri, sehingga telah yakin akan kemana dan menjadi apa dirinya, Sifat inilah yg di harapkan terbentuk pada siswa hijau, dimana siswa tersebut maupun berbuat adil, mulai dididik untuk madep, karep, mantep, dengan mengutamakan ajaran SH Terate.
4) Sabuk putihSabuk putih atau putih kecil adalah tingkatan siswa yg terakhir dalam latihan Persaudaraan Setia Hati Terate. Sabuk putih berarti bahwa seseorang yang telah mencapai tingkatan ini adalah orang yang telah mengerti arah yang tujuan sebenarnya dan telah mengetahui perbedaan antara benar dan salah. Ibarat sebuah besi yang telah dibakar, ditempa dan didinginkan (dimantapkan), lalu di asah sedemikian rupa sehingga menjadi sebilah pedang yang hampir siap digunakan, Pada tingkatan ini, seorang siswa akan menamatkan pelajaran SH Terate baik pelajaran olah kanuragan (beladiri) maupun pelajaran kerohanian/ke-SH-an.Warna putih melambangkan kesucian, oleh karena itu sifat dan watak yg diharapkan dari siswa tingkat putih adalah siswa tersebut dapat bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, dan bersikap tenang seperti air yang mengalir. Dalam suatu pepatah SH Terate disebutkan "tiniti liring, tidak ing ati".
5) Putih besar atau MoriPada tingkatan sabuk putih yang terakhir inilah siswa PSHT telah menamatkan kewajiban belajar, baik olah kanuragan (beladiri) maupun kerohanian/ke-SH-an, ibarat besi yang telah dibakar, ditempa dan di asah sehingga menjadi sebuah pedang yang sempurna dan siap digunakan, seorang warga PSHT telah mewarisi sebagian besar ajaran dan ilmu PSHT, secara penuh telah menjadi sedulur tunggal kecer untuk selama-lamanya, sudah tahu yang mana yang benar, dan mana yang salah, bertindak berdasarkan kesucian hati, trampil dalam bela diri, mahir dalam mengamalkan ajaran-ajaran PSHT.Mori, leluhur pendiri PSHT mengatakan ‘’perkoro liMO ojo nganti keRI’’Maksudnya adalah, seorang yang sudah disah kan menjadi warga PSHT itu tidak boleh meninggalkan lima perkara, yaitu sholat wajib lima waktu sebagai kewajiban yang mutlak dikerjakan, lambang kain mori sebagai sabuk tingkat warga PSHT bermakna bahwa manusia hidup itu hanya sementara, setelah melalui proses kehidupan semua manusia bakalan mati, maka dalam jiwa warga PSHT ditanamkan bahwa mati adalah suatu yang lumrah bagi manusia, maka jika telah menyandang gelar warga Terate, kapanpun dan dimana pun harus senantiasa ingat mati dan tidak perlu takut akan kematian, warga Terate telah dibekali sabuk mori/kain kafan sebagai simbol kepasrahan kepada Allah SWT jika sewaktu-waktu sang Khalik memanggil.
Setinggi apapun ilmu seseorang, sebanyak apapun harta seseorang, jika sudah waktunya akan tetap mati dan kembali menjadi gundukkan tanah, saat itulah manusia secara ragawi hanyamembawa seikat kain mori, maka saat itulah puncak dari tujuan belajar beladiri dan kerohanian di PSHT bukanlah untuk menjadi orang yang sakti pandai berkelahi, bukan juga untuk mencari sebanyak-banyak saudara, melainkan untuk menjadi seorang kesatria yang waktu selalu siap dipanggil Allah SWT untuk menghadap ke singgasana Tuhan umat manusia.

Selasa, 24 Maret 2015

Sejarah PPS Cakrabuana

Perguruan Pencak Silat Cakra Buana Indonesia (PPS CBI) Kota Bogor dirintis semenjak tahun 1990 di Pabaton Kp. Anyar Gg. Masjid No. 63 Bogor. Telah didirikan tanggal20 Juni 1993bertepatan dengan pelaksanaan Ujian Pembinaan Anggota (Jipang) pertama yang dilakukan di daerah Gunung Bunder dan baru diresmikan oleh Pengcab IPSI Kota Bogor pada tanggal9 Januari 1994di Puslitbang Gizi, Jl. Dr. Sumeru No. 63 Bogor. Yang menjadi Ketua Umum IPSI Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor kala itu adalah Bapak Basuki, BA dan sebagai Sekretaris Umumnya adalah Bapak Oman Komarudin, BA.Berdirinya PPS CBI Kota Bogor sangat berkaitan erat dengan beberapa Perguruan Silat yang telah ada sebelumnya, antara lain :PS Taji Malela, PS Ciung Wanara, PS Padjadjaran Cimande, PS Mande Muda, PS Jalak Sutra, PS Heulang Ruyuk dan PS Elang Putih.PS Padjadjaran Cimande, PS Mande Muda, PS Cinde Wulung, PS Kilat Buana, PS Jaka Bayu, PS Hiyang Rangga, PS Kian Santang, PS Raksa Bumi dll. (sekitar lebih dari 40 PS) adalah merupakan Keluarga Besar Pajajaran Cimande (KBPC) dibawah pimpinan seorang Guru Besar bernama Tubagus Moch. Djamhari (Almarhum). Sedangkan yang menjadi Guru BesarPS Taji Malela, PS Ciung Wanara, PS Jalak Sutra, PS Heulang Ruyuk dan PS Elang Putih adalah Bapak Umar Yakub (Almarhum).Perguruan Pencak Silat tersebut memiliki ciri khas dan alirannya masing-masing. Demi meraih prestasi dan prestise yang optimal, masing-masing Perguruan tidak menerapkan seluruh aspek (4 Aspek) yang terkandung dalam Pencak Silat secara proporsional. Sedangkan empat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang dikenal dengan istilahCatur Gatra,yaitu meliputi Pencak Silat Olah Raga (Pesilaga), Pencak Silat Seni (Pesilani), Pencak Silat Bela Diri (Pesiladi), dan Pencak Silat Mental Spiritual (Pesilatal) atau Pencak Silat Pengendalian Diri.Keempat aspek tersebut diterapkan serta wajib dipelajari oleh seluruh anggota PPS CBI dengan memadukan beberapa aliran Pencak Silat (gabungan/kombinasi) dalam jurus-jurusnya sehinggatimbul suatu gerakan/jurus khas yang variatif dan atraktif. Jurus-jurus tersebut dapat menimbulkan atau melahirkan jurus baru secara terus menerus (berkesinambungan) dari dasar yang sama tanpa menghilangkan ketradisionalannya. Contohnya adalah dapat tercipta tepak palered A,B,C,D dan seterusnya atau misalkan jurus A,B,C,D dan seterusnya, tepak dua AB,C,D dan seterusnya. Yang menjadi jurus khasnya adalah:“ Jurus Wamael“,yaitu perpaduan antara gerakan Walet, Macan dan Elang. Seiring dengan perkembangan waktu maka untuk jurus khasnya tersebut diawali denganJurus Blaganjuran,perpaduan seluruh jurus-jurus CBI yang terdiri dariBlaganjuran Wiragana(Tunggal) danBlaganjuran Wiraloka(Beregu).Semenjak tahun 2006 s/d 2012 Blaganjuran merupakan jurus andalan CBI yang dapat diaplikasikan dalam semua aspek Pencak Silat, terbukti dengan berhasilnya para atlit CBI menjadi yang terbaik di kota & kabupaten Bogor hingga tingkat Jawa Barat.Dalam kejuaraan atau festival Pencak Silat terbagi kedalam2 (dua) bagian, yaituPencak Silat PrestasidanPencak Silat Tradisi. Sebelumnya adalah Pencak Silat Olah Raga (Pesilaga) dan Pencak Silat Bela Diri dan Seni (Pesiladini). Selanjutnya Pesilaga berubah menjadiWiralaga, lalu berubah lagi menjadi kategoriTanding.Pencak Silat Prestasi terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu;Tanding, Tunggal, Ganda dan Regu(TTGR) tanpa iringan musik. Sedangkan Pencak Silat Tradisi meliputi 3 (tiga) kategori yang terdiri dariWiragana(Tunggal),Wirasanggha(Ganda/Berpasangan) danWiraloka(Regu/Rampak) dengan iringan musik tradisional. Untuk jurus Tunggal dan Regu dalam Pencak Silat Prestasi bersifat Baku (Jurus Baku) yaitu jurus wajib Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT) yang telah disosialisasikan melalui penataran wasit juri dan kepelatihan pada tahun 1998. Dalam kegiatan penataran tersebut CBI masuk 5 besar sebagai peserta penataran terbaik dan menempati ranking III dari seluruh PerguruanPencak Silat se Kota Bogor. Sedangkan dalam Pencak Silat Tradisi bersifat Bebas (JurusBebas) sesuai dengan aliran pada perguruannya masing-masing yang sangat mungkin sudah ada sejak berabad-abad tahun yang lalu. PPS CBI berusaha menghargai,mengapresiasi dan mengaplikasikan jurus-jurus yang menjadikhas Bogor,antara lain;Golempangan, Salancar, Prang-Prang, dan Blaganjuran.Sejak tahun 1995 PPS CBI sudah berpartisipasi secara aktifdi kegiatan IPSI Kota Bogor termasuk mengikuti berbagai kejuaraan/lomba Pencak Silat. Prestasi dan prestisenya patut diperhitungkan oleh Perguruan-Perguruan Silat lainnya, baik perguruan yang biasa maupun perguruan yang sudah populer. Sudah banyak atlit CBI yang pernah berhasil meraih juara I, II dan III pada periode tahun 1995 sampai dengan sekarang untuk semua kategori yang dipertandingkan/dilombakan pada tingkat lokal/daerah hingga tingkat nasional.Sebetulnya ciri khas tradisional Perguruan Pencak Silat tidak akan pernah timbul apabila suatu Perguruan Pencak Silat tidak menerapkan keempat aspek yang terkandung dalam Pencak Silat secara utuh dan proporsional. Alangkah idealnya apabila IPSI Kota Bogor menjadikan hal tersebut menjadi bagian dari salah satu syarat untuk diakui/disahkannya suatu Perguruan Pencak Silat dansesuai dengan motto IPSI, yaitu: “Pembaharuan Yang Berkesinambungan”

Sejarah pencak silat

SejarahTradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakantarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Seperti yang kini ditemui dalam tradisi sukuNiasyang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.Silat diperkirakan menyebar dikepulauan nusantarasemenjakabad ke-7masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budayasuku Melayudalam pengertian yang luas,[1]yaitu para penduduk daerah pesisir pulauSumateradanSemenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakanlingua francabahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulauJawa,Bali,Kalimantan,Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengansilek. Sheikh Shamsuddin (2005)[2]berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dariCinadanIndiadalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwaHang Tuahdari abad ke-14 adalahpendekarsilat yang terhebat.[3]Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakanGajah Mada.Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agamaIslampadaabad ke-14di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.[2]Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing.[3]. Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk sepertiIkatan Pencak Silat Indonesia(IPSI) di Indonesia,Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia(PESAKA) di Malaysia,Persekutuan Silat Singapore(PERSIS) di Singapura, danPersekutuan Silat Brunei Darussalam(PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalamSEA Games.

Sejarah Cimande

Asal Usul Silat Cimande

Tak jauh di tepian sungai Mande sebuah keluarga pedagang bernama Khair hidup tinggal temtram dan damai. Di suatu hari istrinya pergi kesungai untuk melakukan kegiatan sehari-hari mencuci pakaian, makanan dan membuang hajat. Di saat istrinya mencuci pakaian di seberang tampak segerombolan monyet memungut buah kupak di tepian sungai, selang waktu kemudian datang seekor macan (maung) di tempat yang sama.Monyet-monyet itu merasa terusik kenyamanannya dengan kedatangan macan, monyet-monyet itu menjerit jerit mengeluarkan suara sekeras-kerasnya. Suasana itu mengejutkan istri Kahir untuk memperhatikan keadaan , kemungkinan apa yang terjadi.Macan itu marah mengaung dan menyerang ke arah monyet dengan tangannya yang kekar tetapi monyet yang bertubuh kecil itu, merasa tidak takut, meloncat dengan berkelid kembali menyerang dengan mengigit di bagian perut macan. Macan menggeliat kembali melakukan serangan- serangan namun tidak menyentuh tubuh monyet. Sebaliknya monyet yang lain dengan meggunakan tangkai kayu, mencoba mengganggu macan agar supaya marah dan menyerangnya kembali. Pada saat yang sama monyet kembali berkelit dan mengigitnya.Kejadian ini detik demi detik diperhatikan dan diamati oleh Ibu Khair direnungkan kembali teknik perkelaian itu. Sebagai akibatnya pekerjaannya tertinggal tidak terselesaikan tepat waktu, sehingga Ibu Khair kembali ke rumah terlambat dan belum memasak makanan siang.Keterlambatan memasak ini membuat Pak Khair marah terhadap istrinya tak mau mengerti . Istrinya mencoba menjelaskan tetapi suaminya marah dengan menempeleng istrinya, dengan gerakan cepat berkelid , serangan itu dapat dihindari.Kemarahan yang tidak terkontrol itu meluap-luap dilakukan dengan pukulan demi pukulan namun tak berhasil menyentuh istrinya, cukup diatasi dengan gerakan kelid.Pak Kaher nafasnya terengah-engah, bertanya kepada istrinya: “Di mana kamu belajar maen poho?” (artinya “menipu gerakan” dipersingkat menjadi “maempo”). Istrinya menjelaskan kepada suaminya , dia terlambat kembali dari sungai disebabkan lama sedang asik menikmati perkelaian (maung) macan dan monyet. Sejak itu Khair bertanya-tanya bagaimana gerakan tadi, istrinya dengan rajin memberikan contoh gerakan kelid.Khair dengan cermat memulai memikirkan menjadi gerakan perkelaian yang kini dikenal dengan nama “jurus kelid pamonyet”, monyet menyerang dengan tangkai kayu menjadi “jurus pepedangan” dan serangan tangan yang kokoh dikenal”jurus pamacan”.Karena posisi macan sewaktu menyerang monyet kedua kakinya sedang berada di posisi duduk dan monyet menggunakan posisi kuda-kuda rendah, maka latihan dasar Cimande pertama-tama jurus kelid dimulai dari posisi macan yaitu duduk dan tingkat berikutnya mulai latihan dari posisi berdiri dengan kuda-kuda pamonyet(rendah). Berikutnya teknik mempo’ ini terus dikembangkan oleh Khair dan masyarakat setempat memberikan nama maenpo’ Cimande.

Rabu, 11 Maret 2015

Sejarah Gajah putih

GadjahPutih Jati Wisesa adalah salah satu Seni Bela Diri Silat yang ada di negara Indonesia. Meskipun kepengurusan paguron masih belum lama terbentuk, namun gaung Gadjah Putih Jati Wisesa sudah lama terdengar bahkan sampai ke manca negara.Gadjah Putih Jati Wisesa terlahir dari rasa tanggung jawab untuk melanjutkan hasil perjuangan leluhur / pendiri seni bela diri pencak silat adalah Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka ( GPMPP). Seni tradisional bela diriurangsunda ini didirikan dan dideklarasikan pada tahun 1959 oleh guru besar, (alm) H. DJAENUDIN, warga Kp. Gegerpasang, Desa Sukarasa, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut.Setelah dideklarasikan secara resmi, seni bela diri ini secara perlahan mengalami perkembangan dan banyak wargayang mulai mencintai dan melestarikan seni bela diri ini, dengan cara ikut bergabung menjadi anggota atau murid di Paguron Gadjah Putih . Tujuan mereka adalah selain untuk berolah raga menjaga kesehatan tubuh, juga untuk menjaga diri.Seni bela diri pencak silat Gadjah Putih ini, dari tahun ke tahun anggotanya terus bertambah. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya jumlah anggota atau warga yang ikut berlatih. Setelahperkembangan Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka dirasakan sudah cukup pesat, maka pada tahun 1983 H. Djaenudin mengundurkan diri dari kepengurusan dan beliau kembali ke Paguron, yang selanjutnya organisasi dipimpin oleh A. Wajihaddin sampai tahun 1989, kemudian pada tahun 1990 A. Wajihaddin kembali ke paguronlalu pada saat itu H. Djaenudin memberikan wasiat (surat pernyataan) ke A. Wajihaddin dengan disaksikan oleh murid-murid H. Djaenudin lainnya agar yang bersangkutan (A. Wajihaddin) melanjutkan dan mengembangkan ajaran beliau.Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan seni beladiri ini mengalami kevakuman dan tidak begitu terdengar gaungnya, terlebih sepeninggalnya guru besar, pendiri dan deklarator Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, (alm) H. Djaenudin, seni bela diri pencak silat Gadjah Putih seperti hilang ditelan jaman.Pada tahun 1991, empat orang murid dari A. Wajihaddin menghadap beliau, yaitu: Uu SupardiAsep Tresna aade "Ucok" SupriadiDedeth R FitriMereka berempat mengusulkan kepada beliau agar dibentuk suatu wadah beserta pengurusnya untuk melanjutkan organisasi yang pernah dipimpinnya tetapi dengan nama yang menunjukan jati diri paguron yang bersifat gerakan pembaharuan.Maka setelah beberapa kali diadakan musyawarah di rumah A. Wajihaddin dan juga melibatkan murid yang lain (selain empat serangkai tadi), maka tanggal 19 september 1991 bertempat di Gg. Mucang No. 45 Bandung, disepakatilah untuk membentuk paguron dengan namaJATI Wisesa, yang artinyaKEKUATAN MURNI.Setelah terbentuknya paguron Jati Wisesa, maka kegiatan pelatihan seni bela diri silat mulai digiatkan kembali. Paguron Jati Wisesa dipusatkan di Kp. Cisirung No. 47 RT 03 RW 02, Kelurahan Pasawahan Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.Seiring dengan berjalannya waktu dan setelah melalui pembahasanyang lebih mendalam lagi, maka sebagai penghormatan kepada salah satu Guru dari A. Wajihaddin, yaitu almH. Djaenudinyang telah memberikan wasiat kepada beliau untuk meneruskan ajaran-ajarannya, maka dengan tidak merubah maknanya nama paguron Jati Wisesa ditambahkan menjadiGADJAH PUTIH Jati Wisesa, dengan motoElmu Ampuh Mun Teu Angkuh, Jati Diri Nu Illahi, Usik sajati Kersaning GustiSesuai dengan sifatnya, paguron Gadjah Putih Jati Wisesa bukanlah paguron baru tetapi paguron pembaharu, karena ajaran yang diberikan kepada murid-murid sama dengan ajaran H. Djaenudin, yang terdiri dari 24 jurus, yaitu: 1.Jurus2.Susun3.Potong4.Sikut5.Depan Potong6.Depan Sikut7.Simur8.Selup9 .Tebang Atas10.Tebang Bawah11.Sangkol12.Alip Sangkol13.Sentak14.Gendong Macan15.Kwitang16.Kiprat17.Stembak18.Serong19.Alip Catok20.Alip Naga Berenang Kedet21.Dongkari Tunggal22.Kepruk Dongkari23.Tending Besok Paksi Muih24.Alip Tilep Leungit25.LubeMenyadari akan pentingnya suatu kegiatan itu terorganisir dengan baik, maka pada tanggal 19 September 2006 bertempat di Rumah almBapak Isep Suwargana, Kp. Cisirung No. 45 RT 03 RW 02, Kelurahan Pasawahan Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.dibentuklah kepengurusan paguron Gadjah Putih Jati Wisesa.

Sejarah IKS.PI KERA SAKTI

Perguruan IKS.PI KERA SAKTI ini adalah sebuah Perguruan yang mengajarkan KUNG - FU atau KUNTAUW (Istilah Bhs. Hokkian yang populer di Indonesia), yaitu seni bela diri tradisional rakyat China dari daratan Tiongkok, dan mengajarkan JURUS KERA ALIRAN SELATAN & UTARA atau dalam istilah Chinanya disebut NAN PIE HO Jien (Bhs. Nasional) atau LAM PAK kauw KUN (Bhs. Hokkian) .Pertama kalinya Perguruan ini didirikan di MADIUN, pada tanggal 15 Januari 1980 dengan Izin P & K Madiun Nomor: 183 / II04.3 / L .4 / 80 / SK. Adapun PENDIRI Perguruan IKS.PI KERASAKTI ini yaitu R. TOTONG KIEMDARTO, Putra dari Bp. RM. SENTARDI dan Ny. Oey Kiem LIAN NIO.Aslinya Perguruan ini hanya bernama IKATAN KELUARGA SILAT (Disingkat IKS) "PUTRA INDONESIA", yang maksudnya IKS = berpengharapan supaya siswa dan siswinya yang latihan di perguruan menjadi suatu keluarga melalui seni beladiri dalam arti persaudaraan.Adapun PUTRA INDONESIA maksudnya adalah meskipun Kung-Fu dari Perguruan ini merupakan kebudayaan asing / barang import akan tetapi organisasi yang menjadi wadahnya didirikan di Indonesia.Sekitar Tahun 1983, perguruan ini diberi TAMBAHAN NAMA BARU dibelakang IKS.PI yaitu KERA SAKTI, maksudnya = karena perguruan ini mengajarkan Jurus / Kung -Fu Kera. Tetapisebenarnya masalahnya adalah karena murid - murid dari perguruan ini lebih dikenal dimasyarakat luar bukan sebagai murid perguruan IKS, PI tetapi murid dari perguruan kera. Bahkan banyak yang salah menafsirkan dengan menyebut murid - murid IKS.PI dalam pengertian yang lain. Jadi penambahan nama itu hanya berfungsi untuk memudahkan identifikasi dan TERDENGAR LEBIH MENGENA, sesuai dengan bentuk dari perguruannya sendiri.Nama Kera Sakti itu sendiri diambil dari Nama SUN GO KONG / kauw CE THIAN (Artinya KERA SAKTI), yaitu Raja Kera dari Gunung HWA KO SAN didalam Legenda Tiongkok Kuno yang terkenal cerdik, perkasa dan pernah mengacau Kahyangan / Langit (Cerita tentang SEE YU / SUN GO KONG ini pernah disalin dalam cerita serial Bahasa Jawa di Majalah Jayabaya yang berjudul SANG PRAJAKA / SERAT PANGRUWATING BAPAKISTA) .Diatas sudah dikatakan bahwa perguruan ini dari aliran NAN PIE HO Jien artinya NAN = Selatan, PEI = Utara, HO = Kera, Jien = Jurus / Kung - Fu. Maksudnya adalah Perguruan ini mengajarkan Kung-Fu dari Jenis Jurus Kera yang mengkombinasikan Tinju Selatan dan Tendangan Utara sebagai kiblat gayanya.Menyinggung soal jenis gerakan Jurus pada Kung fu itu sendiri, terdiri dari bermacam - macam jenis: Kung-Fu Kera, Bangau, Harimau, Thay Kek Kun dsb, demikian juga tentang perguruan - perguruan yang mengajarkan jurus - jurus tersebut diatas, banyak sekali macamnya di Tiongkok seperti Perguruan Shaolin Pay, Bu Tong Pay, Kun Lun Pay, dsb, tentang Jurus Kera itu sendiri, meskipun ada gerakan -gerakan yang aneh dan lucu (pada pelajaran tk. Menengah dan lanjutan) tetapi sesungguhnya mengandung serangan yang membahayakan, penuh intrik, curang dan kejam sesuai dengan sifat binatang kera itu sendiri, sehingga mampubertanding dalam segala posisi (Main bawah, main atas, bantingan dll) . Untuk itu bagi para siswa yang ingin mempelajari sampai sempurna harus memiliki phisik YANG KUAT, gesit dan lentur, karena Kung-Fu yang asli sesungguhnya memiliki hubungan erat dengan AKROBAT.Sedangkan TINJU SELATAN itu maksudnya adalah Gaya Silat dari Daerah PROPINSI Hokkian yang mengutamakan permainan tangan, bantingan, main bawah. Hal ini terjadi karena pada umumnya penduduk didaerah Hokkian hidupnya didataran rendah dan bekerja sebagai petani atau nelayan, yang lebih mengutamakan fungsi tangan dari kakinya, biasanya Jago - jago Kung-Fu dari daerah ini memiliki TANGAN YANG KERAS dan KUDA - KUDA KAKI YANG KOKOH.Kalau tendangan UTARA itu maksudnya adalah gaya silat dari daerah Propinsi Shantung, yang mengutamakan tendangan tinggi dan meloncat. Hal ini menjadi kebalikan dari daerah Selatan, sebab penduduk di Shantung hidup didataran tinggi / pegunungan sehingga kaki memegang peranan penting. Jago - jago silat dari daerah tersebut pada umumnya memiliki tendangan YANG TINGGI, LINCAH DAN KAKINYA LEMAS / lentur SEPERTI KARET, yang bisa diputar atau ditekuk untuk mendesak lawan dengan tendangan.Berhubung kedua macam Gaya Silat ini menjadi Kiblat hampir semua perguruan kungfu di Tiongkok, dan masing - masing memiliki keistimewaan sendiri - sendiri, maka Perguruan IKS.PI KERA SAKTI berusaha menggabungkan kedua gaya itu dalam jurus - jurusnya, contoh: dalam Jurus Kera perguruan ini ada Tendangan Melingkar diudara (THIAN SAO), tetapi ada juga Tendangan Melingkar Dibawah (SIANG HO SAO), yang pertama adalah fitur gaya Shantung dan yang kedua adalah gaya dari Hokkian.Sesungguhnya belajar Kung - Fu (KUN) itu tidak gampang masalahnya: 1. Sifatnya tertutup (Jarang disebarkan untuk umum) 2. Menjadi Monopoli Bangsa China yang hanya diajarkan untuk keluarga, famili atau teman dekat .3. Jumlah Murid yang dibatasi.4. Murid yang baru berlatih langsung diberi latihan - latihan yang berat sehingga jarang ada yang melanjutkan.5. Banyak yang dibawa pemiliknya keliang kubur, tanpa meninggalkan ahli waris dan catatan untuk generasi yang akandatang.Untuk itu dengan cita-cita agar Kung-Fu tidak punah, maka R. TOTONG KIEMDARTO memberanikan diri untuk mengenalkannya kepada masyarakat dengan bekal yang pernah didapatnya dari SUHU_SUHU KUNTAUW yang pernah membimbingnya tentang Kung-Fu.Hanya saja karena zaman sudah berbeda, maka pelajaran Kung-Fu yang diajarkan kepada masyarakat diadakan PERUBAHAN atau PENAMBAHAN yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan SELERA MASSA meskipun TEKNIK-TEKNIK KUNG-FU BAGIAN INTI YANG ASLI TIDAK DITINGGALKAN. Demikian juga sebagai salah satu Perguruan Kung-Fu yang sudah modern, maka Perguruan IKS.PI Kera Sakti mengadakanpula TINGKATAN DALAM PELAJARAN, mengingat BAKAT dan KECERDASAN YANG BERBEDA-BEDA DARI TIAP SISEANYA, yaitu TINGKAT DASAR I, TINGKAT DASAR II, TINGKAT WARGA, TINGKAT PENDEKAR DAN TINGKAT DEWAN GURU atau istilah lain TINGKAT DASAR, MENENGAH dan LANJUTAN yang masing-masing ditandai dengan SABUK HITAM, KUNING, BIRU, MERAH dan MERAH STRIP KUNING EMAS.Karena ada Tingkatan, maka tentu saja ada UJIAN KENAIKAN TINGKAT BAIK physik maupun MENTAL, yang bertujuan mengevaluasi dan MENGETAHUI SAMPAI DIMANA SEORANG SISWA ITU MENDALAMI ILMU YANG DITERIMANYA, dan setiap Akhir Ujian selalu ditutup dengan UPACARA PENGESAHAN. Setelah dinyatakan lulus dan telah disyahkan sebagai WARGA IKS.PI KERA SAKTI, maka Siswa tersebut berhak memakai SERAGAM KEBESARAN (sakral) IKS.PI KERA SAKTI, dan dapat mendirikan Cabang atau Ranting - ranting tempat latihan dimana saja dibawah naungan PUSAT PERGURUAN, atau istilahnya siswa tersebut sudah dapat TURUN GUNUNG.Sumber: Buku NAN PEI HO Jien SUK BAGIAN I, yang ditulis oleh R. Totong Kiemdarto Selaku Pendiri sekaligus Ketua Pusat Perguruan IKS.PI Kera Sakti Madiun, yang diterbitkan pada tanggal 20 Februari 1985.

Sejarah Gubug Remaja

Pada suatu massa lahirlah seorang pertapan sakti mandraguna bernama R.KOESIAR beliau memiliki 5 orang putra-putri yg salah satunya bernama R.KOESHARTOYO dan R.AGOENG. "Pada massa itu bangsa Indonesia sedang terpuruk karna di jajah oleh Belanda, untuk menjaga keselamatan keluarganya R .KOESIAR membekali putra-putrinya dengan ilmu Kadikdayan dan pencak silat yang dimilikinya. Dari ke -5 putanya R.KOESHARTOYO dan R.AGOENG lah yg paling menonjol mewarisi semua ilmunya, Dalam pengolahan Ilmu kanuragan dua bersodara tersebut berkeliling nusantara untuk bersemedi diberbagai tempat sesuai petunjuk ayah sekaligus guru beliau berdua, dalam peroses penggembaraan mereka berdua ilmu yg mereka miliki mereka manfaatkan untuk menolong masyarakat yg sedang dalam kesulitan pada massa itu. Setelah kadikdayan dan ilmu kesaktian mereka mencapai tinggkat yg tertinggi mereka kembali ke desa KETANGGI-NGAWI -JAWA TIMUR.Melihat kesengsaraan rakyat pada massa itu jiwa patriotisme beliau berdua sebagai anak bangsa yg mencintai negaranya tumbuh. Pada tahun 1935 beliau berdua merekrut rakyat untuk berlatih ilmu pencak silat dan kanuragan di desa ketanggi -ngawi yg diberi nama TABIB ketimuran gubug adapun aliran dan ajarannya adalah seni pencak silat dan kerohania yg bersifat semedi dan Mujo SEMEDI.ajaran ini berttik tumpu untuk melumpuhkan musuh secara fatal baik melalui tanggan kosong bebagai jenis senjata maupun kanuraganya.Pergerakan TABIB ketimuran gubug sempat membuat bangsa belanda gentar dantercerai beri pada massa itu, Perjuangan beliau berdua diteruskan sampai Indonesia merdeka 1945..Pada tahun 1948 patriotisme TABIB ketimuran gubug diuji lagi oleh pemberontakan PKI. pada massa itu PKI akan membumi hangus kan rakyat dan para pejabat.Melihat hal itu R.KOESHARTOYO dan R.AGOENG geram, tim TABIB ketimuran gubug yg dipimpin oleh dua bersodara tersebut berhasil membebaskan seluruh tahanan yg ditahan PKI. dengan hal itu PKI marah maka terjadi perang antar TABIB ketimuran gubug dengan PKI, dengan bekal ilmu dan kanuragan TABIB ketimuran gubug maka PKI kalah pada waktu itu. untuk menyiasati ini PKI memiliki cara licik, sebagian tahanan yg tersisa di bawa ke KETANGGI utuk dibunuh didepan R.KOESHARTOYO dan R.AGOENG .dengan jiwa yg tak gentar R.KOESHARTOYO mengorbankan jiwa dan raganya demi menebus keamanan rakyat pada massa itu dengan syarat PKI akan melepaskan rakyat setelah R.KOESHARTOYO wafat. dikisakan dalam peroses meninggalnya R.KOESHARTOYO dipenuhi dengan keajaiban2 yg tak bisa di jelaskan, dia di tembak di bacok bahkan dilempar geranat tidak bergeser sedikitpun dari tempat ia berdiri dan disaksikan masyarakat banyak, setelah beliau berpesan ia hanya bisa meninggal dengan keris yg dimilikinya sendiri untuk ditusukkan di pangkal lidah beliau barulah beliau terungkur tak berdaya. sebelum beliau meninggal beliau berpesan kepada adik beliau R.AGONG untuk memandikan jenasah beliau setelah meninggal di sungai tempur maka ia akan hidup kembali .Setelah itu perguruan ini menadi pesat pekembanganya di seluruh plosok negeri, pemerintah menggaperesiasikan jasa R.KOESHARTOYO mengangakt beliau menjadi seorang PAHLAWAN BANGSA dan nama beliau di jadiskan sebuah jalan dan masih bisa dilihan sampai sekarang, Setelah R.AGOENG wafat pada 1972 dengan itu pada 1 agustus 1974 anak, cucu, beserta sesepuh dan anggota TABIB ketimuran gubug mengadakan musyawarah yang dipelopori oleh: 1.R.HARMADI SOSROWARDOYO (JAKSA dengan alamat Jl. PB Soedirman Tulung agung) 2. Mayjen TNI AD prof. Dr. Mustopo (Guru besar Unerversitas Dr. Mustopo jakarta) Leungkur I-84 Kebayoran Baru.Telah diputuskan untuk mematenkan "Gubug REMAJA" Yaitu hasil meniadakan kata-kata "TABIB ketimuran gubug" dan menambahkan kata "REMAJA" di belakang kata "GUBUG'.Yang berarti bahwa perguruan pencak silat ini diteruskan tunas remaja anak cucu dan murid murid perguruan.Adapun KETUA UMUM di tunjuk dan diputuskan ahli waris garis lurus kedua tokoh gubug yang dipercayakan kepada: R. DIPOYONO KOESHARTOYO semenjak tahun 1974 - 1986 perguruan tersebut berkembang dengan baik, pada tanggal 6 oktober 1986 beliau Bapak R. DIPOYONO KOESHARTOYO telah menghibahkan perguruan tersebut kepada anak didik kedua tokoh tersebut dengamengadakan musyawarah warga dan keluarga yang ada di Ngawi. Adapun ketua umum yang di tunjuk sebagai pengganti beliau adalah Bapak M. SUYUT SYAMSURI.Pada tahun 1994 Bapak SUYUT Syamsuri meninggal sehinggah tempuh kepengurusan dipegang kembali oleh Bapak R.DIPOYONO KOESHARTOYO. Karna dia merasa sudah tua maka beliau memberikan restu kepada "SUYANTI SH" (putri kandung dari R.AGOENG) untuk menepati pucuk kepemimpinan menjadi: PIMPINAN PUSAT PERGURUAN gubug REMAJA INDONESIA melalui musyawarah seluruh warga Gubug REMAJA se-INDONESIA dan keluarga besar BAPAK R. KOESHARTOYO dan Bapak R. AGOENG, pada tanggal 23 november 2010 di Sketariat Pusat gubug REMAJA PUSAT NGAWI di jl. kyai mojo no 08 ngawi jawa timur indonesia.Dengan bekal ilmu perguruan yg diturunkan kepada SUYANTI dan perjuangan serta ketekunan para sesepuh dan keluarga besar gubug REMAJAbeserta para anggotanya. ajaran gubug REMAJA kini berkembang dengan pesat di berbagai tempat di seluruh plosok NUSANTARA bahkan sampai ke luar negeri sepeti: malaysia .singapura, prancis, belanda dll.