Saudara PSHT Teratai

Saudara PSHT Teratai
Logo PSHT

Kamis, 26 Maret 2015

ke SH-an PsHt

Ke -SH-an.
A. Filosofi
pemakaian sabuk PSHT disebelah perut kiriSudah menjadi suatu hal yang lumrah jika sesuatu dalam tubuh manusia, (jawa, indonesia=islam) bahwa kanan adalah yang lebih utama dalam melakukan hal apapun dari pada bagian tubuh sebelah kiri (dinomor 1 kan).Sabuk silat dalam PSHT sendiri melambangkan kegagahan dan kemegahan dalam pencak silat yang menunjukkan tingkatan ilmu beladiri yang telah di kuasai dan didalami oleh seorang anggota PSHT tersebut, jadi makna pemakaian sabuk PSHT ditubuh sebelahkiri itu ialah bahwa orang Terate itu dituntut agar dalam kehidupan sehari-hari, baik di kala sedang mengalami permasalahan maupun pergaulan dalam masyarakat di harapkan selalu mendahulukan kesabaran, fikiran jernih dan perdamaian (kanan nomor satu/dahulu) dari pada menggunakan keahlian dan kebisaan berupa ilmu beladiri, walaupun orang PSHT mahir dalam beladiri, namun beladiri itu sendiri harus digunakan sebagai pilihan terakhir sehingga kita tidak di perkenankan untuk bertindak gegabah, main jotos/main tangan, sebentar-sebentar berkelahi dan tidak menunjukkan pengetahuan silat PSHT di sembarang keadaan.
B. Filosofi makna ayam jago/jantan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate
Ayam jago merupakan simbol suatu petarung yang sejati, tidak pernah mundur dalam setiap pertempuran, berani melawan musuh walaupun hanya seorang diri dan sekali bertarung tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan.Maknanya ialah bahwa orang/warga PSHT harus menjadi manusia yang kesatria, gagah berani melawan kebatilan, dan kalau memang dalam keadaan benar dan jika terpaksa harus membela diri dan terpaksa harus bertarung, maka orang PSHT dengan jiwa kesatria harus bertempur tanpa mundur sampai titik darah penghabisan (ngeluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake). Orang PSHT pantang main keroyokan dan pantang mundur dalam pertarungan,(jiwa kesatria adalah harga mati).
C. Filosofi Tingkatan Sabuk dalam Persudaraan Setia Hati Terate
1) Sabuk polos/hitamSabuk polos atau hitam, secara mendasar mengandung arti bahwa siswa yang berada di tingkat polos adalah siswa yang masih buta atau tidak mengetahui dengan baik organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Ibarat sebuah besi yang baru akan dibakar sebelum ditempa mejadi sebuah pedang, Warna hitam menunjukkan warna dasar dari pakaian SH Terate sehingga warna sabuk polos dapat berarti juga siswa polos adalah siswa yg baru belajar dan baru mengenal Persaudaraan Setia Hati Terate dan tidak boleh ditunjukan kepada orang lain.
2) Sabuk jambon/ merah mudaSabuk jambon atau merah muda, secara mendasar mengandung maksud bahwa siswa jambon adalah siswa yg mulai mengenal SH Terate dan mengenal arah yg benar. Ibarat besi yang sudah terbakar me merah menunggu untuk ditempa, sebagai penentuan untuk menjadi apa besi tersebut, sehingga siswa jambon merupakan penentuan apakah dengan ilmu yang baru sampai jambon tersebut dia masih akan tetap ikut dan melanjutkan belajar di psht atau memilih merasa puas dan keluar dari latihan, Warna jambon atau merah muda mengandung arti warna keragu-raguan/labil, jadi sifat labil selalu ada di siswa tingkatan jambon. Dalam berbagai sumber, jambon juga mengandung maksud adalah sifat matahari yg terbit atau sifat matahari yg terbenam, yaitu sifat yg mulai mengarah ke suatu kepastian tetapi masih dalam taraf mengantung dan belum tetap wataknya.
3) Sabuk ijo/hijauSabuk hijau mengandung maksud bahwa siswa hijau adalah siswa yg sudah mantap/tenang hatinya. Warna hijau mengandung arti warna keadilan dan keteguhan dalam menjalani sesuatu. Ibarat besiyang telah ditempa dan proses pembentukan jati diri, sehingga telah yakin akan kemana dan menjadi apa dirinya, Sifat inilah yg di harapkan terbentuk pada siswa hijau, dimana siswa tersebut maupun berbuat adil, mulai dididik untuk madep, karep, mantep, dengan mengutamakan ajaran SH Terate.
4) Sabuk putihSabuk putih atau putih kecil adalah tingkatan siswa yg terakhir dalam latihan Persaudaraan Setia Hati Terate. Sabuk putih berarti bahwa seseorang yang telah mencapai tingkatan ini adalah orang yang telah mengerti arah yang tujuan sebenarnya dan telah mengetahui perbedaan antara benar dan salah. Ibarat sebuah besi yang telah dibakar, ditempa dan didinginkan (dimantapkan), lalu di asah sedemikian rupa sehingga menjadi sebilah pedang yang hampir siap digunakan, Pada tingkatan ini, seorang siswa akan menamatkan pelajaran SH Terate baik pelajaran olah kanuragan (beladiri) maupun pelajaran kerohanian/ke-SH-an.Warna putih melambangkan kesucian, oleh karena itu sifat dan watak yg diharapkan dari siswa tingkat putih adalah siswa tersebut dapat bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, dan bersikap tenang seperti air yang mengalir. Dalam suatu pepatah SH Terate disebutkan "tiniti liring, tidak ing ati".
5) Putih besar atau MoriPada tingkatan sabuk putih yang terakhir inilah siswa PSHT telah menamatkan kewajiban belajar, baik olah kanuragan (beladiri) maupun kerohanian/ke-SH-an, ibarat besi yang telah dibakar, ditempa dan di asah sehingga menjadi sebuah pedang yang sempurna dan siap digunakan, seorang warga PSHT telah mewarisi sebagian besar ajaran dan ilmu PSHT, secara penuh telah menjadi sedulur tunggal kecer untuk selama-lamanya, sudah tahu yang mana yang benar, dan mana yang salah, bertindak berdasarkan kesucian hati, trampil dalam bela diri, mahir dalam mengamalkan ajaran-ajaran PSHT.Mori, leluhur pendiri PSHT mengatakan ‘’perkoro liMO ojo nganti keRI’’Maksudnya adalah, seorang yang sudah disah kan menjadi warga PSHT itu tidak boleh meninggalkan lima perkara, yaitu sholat wajib lima waktu sebagai kewajiban yang mutlak dikerjakan, lambang kain mori sebagai sabuk tingkat warga PSHT bermakna bahwa manusia hidup itu hanya sementara, setelah melalui proses kehidupan semua manusia bakalan mati, maka dalam jiwa warga PSHT ditanamkan bahwa mati adalah suatu yang lumrah bagi manusia, maka jika telah menyandang gelar warga Terate, kapanpun dan dimana pun harus senantiasa ingat mati dan tidak perlu takut akan kematian, warga Terate telah dibekali sabuk mori/kain kafan sebagai simbol kepasrahan kepada Allah SWT jika sewaktu-waktu sang Khalik memanggil.
Setinggi apapun ilmu seseorang, sebanyak apapun harta seseorang, jika sudah waktunya akan tetap mati dan kembali menjadi gundukkan tanah, saat itulah manusia secara ragawi hanyamembawa seikat kain mori, maka saat itulah puncak dari tujuan belajar beladiri dan kerohanian di PSHT bukanlah untuk menjadi orang yang sakti pandai berkelahi, bukan juga untuk mencari sebanyak-banyak saudara, melainkan untuk menjadi seorang kesatria yang waktu selalu siap dipanggil Allah SWT untuk menghadap ke singgasana Tuhan umat manusia.

3 komentar:

  1. SALAM PERSAUDARAAN MAS ! KULO LARE PERSAUDARAAN SEHATI MUSLIM ( PSHM ) MOGO MAMPIR TENG BLOGGER PSHM TEGAL ISTIGHFAR JPC MAS ?

    BalasHapus
  2. MONGGO MAMPIR TENG BLOGGER PSHM " TEGAL ISTIGHFAR " PEAN TINGALLI BLOGGER PSHM " TEGAL ISTIGHFAR ".

    BalasHapus
  3. DARI AKU MAS ABI . SUGIANTO ASLI PENCAK SILAT PSHM DAN JPC ?

    BalasHapus